Text
Benny Moerdani : yang belum terungkap
Hampir tak ada palagan penting di negeri ini yang tak didatangi Leonardus Benjamin Moerdani. Sudah berperang sejak usia 13 tahun, ia berada di garis depan penumpasan pemberontakan PRRI/Permesta (1958). Ia juga menjadi ikon pembebasan Irian Barat (1962). Saat operasi Ganyang Malaysia (1965), ia menyamar sebagai tukang karcis Garuda di Bangkok.
Di bawah Soeharto, Benny Moerdani menjadi tokoh kon troversial. Dia tampil sebagai jenderal yang garang dalam Peristiwa Woyla (1981), Tragedi Tanjung Priok (1984), dan Operasi “Petrus” (1982), tapi juga terampil di dunia diplomasi dan kepengacaraan. Dia pernah menjadi diplomat di Korea dan memenangkan Indonesia “merebut” harta yang dikorupsi oleh pejabat Pertamina di pengadilan Singapura. Dengan kesaksian Benny yang dilukiskan sebagai “sangat cerdas dan memukau”,
Indonesia berhasil menguasai kembali hasil korupsi sebesar US$76 juta. Hari-hari terakhir hidupnya sulit dibayangkan: jenderal yang tangkas dan trengginas lunglai terkulai di kursi roda. Ia memang selapis babak dalam sejarah kontemporer Indonesia, tapi babak itu tak pernah lengkap, tak pernah jangkap.
Tidak tersedia versi lain