Text
Kompaspedia : partai politik Indonesia 1999-2019
Semakin menguatnya posisi aktor politik, pemegang kuasa tertinggi partai, menjadi gejala paling menonjol dalam membaca corak institusionalisasi kepartaian saat ini. Kisah konsolidasi partai yang dilakukan melalui berbagai ajang musyawarah nasional, muktamar, ataupun kongres partai, lebih banyak menunjukkan suatu perjalanan transformasi corak kepartaian yang menonjolkan kekuatan sosok kepemimpinan partai dalam membentuk pola-pola patronase politik, dibandingkan dengan kisah pembentukan institusi partai politik yang bercorak penguatan ideologi ataupun sistem fungsional kepartaian. Megawati Soekarnoputri yang kini untuk kelima kalinya menjabat sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan (1999-2020); Susilo Bambang Yudhoyono yang terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat (2015-2020), partai yang sejak berdiri tahun 2003 diidentikkan dengan diri dan kepentingan politik dirinya; Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, partai yang semenjak pendiriannya tahun 2007 juga diidentikkan dengan dirinya; demikian pula dengan Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai Nasdem (2013-2018), tiga periode kepemimpinan Hanura oleh Wiranto, pemimpin muda seperti Muhaimin Iskandar bersama PKB (2005-2019), serta Aburizal Bakrie bersama Golkar—semuanya memiliki kecenderungan yang sama: mengonsentrasikan kekuatan dirinya. Ironisnya, tatkala konsentrasi kekuatan dilakukan, justru pada saat itu pula berlangsung dekonsentrasi kekuatan politik partai dalam menguasai massa pemilih. Dengan kata lain, keberhasilan para sosok pimpinan partai mengukuhkan bangunan patronase hingga sekaligus mengindentikkan dirinya dengan partai harus dibayar mahal oleh kekalahan partai dalam menjaga dan memperkuat penguasaan konstituennya. Buku ini mengulas secara mendalam pola-pola konsentrasi-dekonsentrasi kuasa kepartaian yang terekam dalam sejarah kemunculan dan dinamika politik seluruh partai politik di negeri ini sejak berlangsungnya era liberalisasi politik 1999. Membacanya, sebentuk pertanyaan hipotetikal muncul, dalam hal apa saja kita masih (dan harus) percaya terhadap kiprah kepartaian di negeri ini?
Tidak tersedia versi lain