Kemerdekaan Republik Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, adalah “atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa”. Kalimat ini memiliki beberapa makna, diantaranya: Pertama, bangsa Indonesia dalam menggapai kemerdekannya tak lepas dari pertolongan Allah S.W.T. Kedua, turunnya rahmat dan pertolongan Allah itu tak bisa dilepaskan dari peran orang-orang yang dek…
Romo Mangun menjadi magnet kuat yang memfokuskan perhatian penulis untuk lebih berjuang mencapai kemandirian. Banyak ungkapan terlebih pergulatan hidup Romo Mangun yang diingat, menginspirasi, dan menggerakkan penulis. Buku ini menceritakan pengalaman perjumpaan personal yang sering tidak tertuang dalam gagasan yang terumus dalam buku. Kebanyakan orang sekarang ini memahami dan mengenali gagasa…
"Oei Hui Lan, atau dikenal juga sebagai Nyonya Wellington Koo, terlahir sebagai putri Oei Tiong Ham, seorang pebisnis besar yang mengembangkan bisnisnya di Semarang, sekitar akhir abad ke-19. Kerajaan bisnis ayahnya pada saat itu termasuk yang tersebar di Indonesia dan Asia Tenggara. Perusahaan Oei Tiong Ham Concern milikny memiliki kantor di Bangkok, Calcutta, Singapura, Hongkong, Shanghai, Lo…
Pada umumnya, orang akan memilih menjadi kaya dan berusaha memperkaya diri. Tapi, berbeda dengan Bob Sadino, ia justru memilih untuk "memiskinkan" dirinya sendiri. Namun, kenyataannya? Kini ia dikenal sebagai pengusaha sukses legendaris di Indonesia. Berawal dari keinginannya untuk lepas dari belenggu perusahaan, ia mulai membuka usahanya sendiri dari nol, hingga akhirnya berhasil membangun pe…
Fidel Castro adalah anak tuan tanah di Kuba. Sejak mahasiswa, ia aktif dalam perjuangan anti-Amerika. Karir politiknya cemerlang, sampai Batista melakukan kudeta dan membatalkan pemilu. Kejadian itu membuatnya menempuh jalan kekerasan. Pada usia 30 tahun, ia memimpin penyerangan terhadap barak militer Moncada. Sejak itu ia menyatakan perang terhadap Batista. Pada usia 33 tahun ia menaklukka…
“Yang sakit itu Soedirman, tapi Panglima Besar tidak pernah sakit.” Pagi itu, 19 Desember 1948, Panglima Besar bangkit dan memutuskan memimpin pasukan keluar dari Yogyakarta, mengkonsolidasikan tentara, dan mempertahankan Republik dengan bergerilya. Panglima Besar sudah terikat sumpah: haram menyerah bagi tentara. Karena ikrar inilah Soedirman menolak bujukan Sukarno untuk berdiam di Yog…